29 June 2014

Ramalan Jayabaya

Jayabaya tahun 1135-1157
NAMA Jayabaya menjadi terkenal berkat ramalan-ramalannya yang selalu terbukti kebenarannya. Tiap menjelang pemilu, sebagian masyarakat mulai menebak siapa calon presiden yang akan terpilih. Kebanyakan menghubungkan dengan ramalan Jayabaya tentang “No-To-Na-Go-Ro” yang mengatakan Indonesia akan terpilih sebagai presiden hanya yang mempunyai nama akhir “No-To-Na-Go-Ro”. Namun kenyataannya, anggapan masyarakat keliru. BJ Habibie, Abdurahman Wahid dan Megawati yang nama akhirnya bukan “No-To-Na-Go-Ro” juga bisa menjadi presiden, walaupun tidak sampai satu periode penuh. Lantas, apa tafsir No-To-Na-Go-Ro yang benar atau mendekati kebenaran?

Siapakah Jayabaya?
Maharaja Jayabhaya adalah raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157. Nama gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Jayabaya)

Salah faham soal Jayabaya
Ada beberapa kesalahfahaman soal Jayabaya maupun tentang ramalan Jayabaya. Ada yang mengatakan Jayabaya adalah dukun atau paranormal. Itu tidak benar. Jayabaya adalah seorang raja yang mempunyai indera keenam yang tajam. Jadi, yang benar, Jayabaya adalah parapsikolog.

Ramalan Jayabaya juga bukan merupakan bisikan setan seperti ada versi yang mengatakan setan mencuri informasi dari malaikat kemudian memberitahukannya ke Jayabaya.  Ada juga yang mengatakan ramalan Jayabaya itu hanya kebetulan-kebetulan saja. Yang benar, Jayabaya membuat ramalan berdasarkan isyarat-isyarat, sinyal-sinyal yang bersifat metafisika (indera keenam). Dasar pemikirannya adalah, ada sebagian peristiwa-peristiwa di dunia yang sudah direncanakan Tuhan.

Apa yang dimaksud ramalan Jayabaya?
Ramalan Jayabaya atau sering disebut jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal-usul utama serat ramalan Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya, tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwa Jayabaya yang membuat ramalan-ramalan tersebut. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ramalan_Jayabaya).

Ramalan No-To-Na-Go-Ro
Salah satu ramalan yang dianggap meleset adalah nama-nama presiden Indonesia yang konon akan berakhiran No-To-Na-Go-Ro. Akhiran No sudah terbukti, yaitu Soekar(NO) atau Koes(NO). Kemudian Soehar(TO). Lantas, siapa Na-Go-Ro? Kenapa yang muncul justru presiden dengan nama akhir  BJ Habi(BIE)? Kemudian Gus (DUR) atau Abdurahman Wa(HID)? Kemudian Megawa(TI) dan akhirnya Susilo Bambang Yudhoyo(NO).

Melesetkan ramalan Jayabaya?
Maka pertanyaannya, melesetkah ramalan Jayabaya? Dengan asumsi ramalan Jayabaya tidak mungkin salah, maka yang salah adalah tafsir ramalan Jayabaya. Belum ada yang mampu menafsirkan kata No-To-Na-Go-Ro secara tepat.

Teori Tak-Tik-Tuk
Selama ini ramalan Jayabaya ditafsirkan berdasarkan teori Tak-Tik-Tuk (Otak Atik Gatuk). Yang tentunya bersifat dipaksakan dan sangat terasa kurang pas. Terasa ganjil dan sangat sulit untuk dipercaya. Kurang didukung penalaran yang masuk akal dan realistis.

Lantas apa maksudnya No-To-Na-Go-Ro?
Kata Noto berarti “menata” dan Nagoro berarti “negara”. Jadi “Noto Nagoro” berarti menata negara, memimpin negara, seorang “negarawan”. Artinya, Noto Nagoro adalah orang yang mampu menjadi negarawan. Mampu menjadi pemimpin bangsa dan negara dalam arti yang sesungguhnya.

Pemahaman  No-To-Na-Go-Ro

Selama ini ada dua pemahaman:

1. No-To-Na-Go-Ro

Dipahami sebagai urut-urutan lima nama akhir presiden, yaitu Soekar(NO), Soehar(TO) dan seterusnya dengan nama akhir (NA),(GO) dan (RO). Kenyataannya tidak demikian. Berkutnya adalah BJ Habi(BIE),Abdurahman Wa(HID),Megawa(TI) dan Susilo Bambang Yudhoyo(NO).

2. No-To-Na-Go-Ro

Dipahami sebagai nama akhir presiden Indonesia yang akan memegang jabatan lebih dari satu periode atau rata-rata dua periode. Hal ini terbukti bahwa Soekar(NO) lebih dari dua periode, Soehar(TO) lebih dari dua periode dan Susilo Bambang Yudhoyo(NO) dua periode. Dan yang nama akhirnya bukan No-To-Na-Go-Ro terbukti tidak sampai dua periode : BJ Habi(BIE), Abdurahman Wa(HID) dan Megawa(TI).

Apakah berarti capres yang namanya berakhiran No-To-Na-Go-Ro akan terpilih sebagai presiden?

Mungkin tidak demikian maksud ramalan Jayabaya. Artinya, belum tentu capres yang nama akhirnya No-To-Na-Go-Ro pasti akan terpilih sebagai presiden. Maksudnya adalah, jika yang terpilih sebagai presiden nanti nama akhirnya No-To-Na-Go-Ro, maka dia akan memimpin bangsa Indonesia lebih dari satu periode atau rata-rata dua periode. Jadi, walaupun nama akhirnya bukan No-To-Na-Go-Ro, bisa saja terpilih sebagai presiden.

Apa kriteria presiden menurut Jayabaya?
Kalau Jayabaya menggunakan kata Noto Nagoro, maka syarat utama menjadi presiden yaitu seseorang yang mempunyai jiwa negarawan. Mampu menjadi pemimpin bangsa dan negara dalam arti yang sesungguhnya. Mereka akan terpilih sebagai presiden sebanyak dua periode. Bukti: Soekar(NO), Soehar(TO) dan Susilo Bambang Yudhoyo(NO).

ORANG yang cara berpikirnya “dogmatis-pasif” sering mengatakan “Jangan mendahului rencana Tuhan, sebab hanya Tuhan yang maha Tahu apa yang akan terjadi”. Benarkah? Ada benarnya dan ada tidak benarnya. Memprediksikan apa yang akan terjadi harus dilihat dulu konteksnya. Jangan lantas semua prediksi, estimasi atau ramalan itu pasti tidak boleh. Dalam hidup ini kita harus menjadi manusia yang cerdas, apalagi kalau kita mengaku umat beragama.